Brodi's Blog

Tuesday, November 04, 2025

Ketika Desember Mengajarkan Arti Syukur dan Ikhlas

Tanpa terasa, waktu kembali berlari cepat. Kita udah sampai di penghujung tahun lagi—bulan Desember yang selalu punya aura hangat, lembut, dan sedikit melankolis. Di balik gemerlap lampu-lampu akhir tahun, ada momen-momen tenang yang sering bikin kita merenung: apa yang sudah kita jalani sepanjang tahun ini?

Banyak orang bilang, Desember itu bulan yang paling jujur. Karena di sinilah kita akhirnya berhenti sejenak, menatap ke belakang, dan menyadari betapa banyaknya hal yang telah dilewati—baik yang indah maupun yang berat. Kadang kita tersenyum mengingat keberhasilan kecil, tapi tak jarang juga ada sesak yang muncul saat ingatan tentang kegagalan ikut datang.

Namun begitulah hidup. Campuran antara tawa dan air mata, antara pencapaian dan pembelajaran. Dan mungkin, justru di situ letak indahnya perjalanan manusia.

Desember: Bulan untuk Menoleh dan Mengikhlaskan

Setiap langkah yang kita ambil selama setahun terakhir ini pasti meninggalkan jejak. Ada yang terasa manis, ada juga yang pahit. Tapi keduanya sama-sama penting. Karena tanpa keduanya, kita nggak akan tumbuh.

Maka, Desember ini bukan cuma waktu untuk menutup tahun, tapi juga waktu untuk berdamai—dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan segala hal yang belum berjalan sesuai rencana.

Kadang kita terlalu keras pada diri sendiri, menganggap semua kegagalan adalah kesalahan besar. Padahal bisa jadi itu cara Allah mengajarkan kita tentang sabar, tentang usaha, dan tentang arti berserah.

Cobalah tarik napas dalam-dalam malam ini, lalu biarkan semuanya mengalir. Nggak perlu terburu-buru memperbaiki segalanya. Cukup mulai dengan menerima, lalu bersyukur. Karena setiap hal yang terjadi, sekecil apa pun, adalah bagian dari takdir terbaik yang Allah pilihkan untukmu.

Kebersamaan yang Mulai Terlupakan

Dalam kesibukan mengejar target, sering kali kita lupa akan satu hal yang paling berharga: waktu bersama keluarga. Tahun ini mungkin penuh perjuangan—kerja, tanggung jawab, rutinitas, dan kejar mimpi yang tak ada habisnya. Tapi, coba lihat ke sekitar. Masihkah kamu sempat menikmati tawa kecil anak-anakmu? Masihkah kamu sempat mendengarkan cerita pasanganmu tanpa tergesa-gesa?

Desember hadir untuk mengingatkan bahwa ada hal-hal yang jauh lebih penting daripada sekadar pencapaian dunia. Ada rumah yang selalu menunggu, ada doa yang terus mengiringi, dan ada cinta yang nggak pernah berhenti tumbuh meski tanpa banyak kata.

Mungkin inilah saat yang tepat untuk memperlambat langkah. Matikan notifikasi sejenak, simpan pekerjaan, dan gunakan waktu ini untuk hadir sepenuhnya bagi orang-orang yang kamu sayangi.

Sebuah Perjalanan Spiritual yang Menggetarkan

Bagi sebagian orang, momen akhir tahun juga menjadi waktu terbaik untuk memperdalam hubungan dengan Sang Pencipta. Banyak keluarga yang memilih mengisi bulan penutup tahun ini dengan melakukan umroh desember sebuah perjalanan spiritual yang bukan hanya melepas penat, tapi juga membersihkan jiwa.

Bayangkan, di tengah hawa sejuk malam di Makkah, kamu berdiri di hadapan Ka’bah, menatapnya dengan mata berkaca-kaca, sambil mengingat semua yang telah terjadi dalam hidupmu. Semua rasa lelah, kecewa, dan beban yang menumpuk perlahan luruh bersama air mata.

Di titik itu, kamu akan merasa bahwa segala yang kamu kejar selama ini, segala yang kamu risaukan, ternyata kecil dibandingkan nikmat ketenangan yang datang dari dekat dengan Allah.

Umrah di bulan Desember bukan hanya tentang mengganti liburan akhir tahun dengan ibadah, tapi tentang menemukan kembali arah hidup. Tentang me-reset hati, membersihkan niat, dan pulang dengan jiwa yang lebih ringan.

Harapan Baru Menyambut Tahun yang Datang

Tiap akhir pasti membawa awal. Dan tiap penutupan selalu menyimpan janji akan lembar baru. Tahun baru bukan sekadar angka yang berganti, tapi kesempatan untuk memperbaiki diri, memperkuat doa, dan melangkah dengan semangat baru.

Tidak apa-apa kalau tahun ini belum jadi tahun terbaikmu. Tidak apa-apa kalau masih banyak hal yang belum tercapai. Karena setiap orang punya waktunya sendiri. Kadang, kita cuma butuh sedikit lebih sabar dan percaya bahwa semua akan indah pada waktunya.

Yang penting, jangan berhenti melangkah. Bawa pelajaran dari masa lalu, tapi jangan bawa lukanya. Ganti semua kekecewaan dengan doa, dan biarkan harapan tumbuh lagi di hatimu.

Menutup Tahun dengan Syukur, Membuka Tahun dengan Doa

Coba lihat ke langit malam Desember—bintang-bintangnya tenang, udara sedikit dingin, tapi damai. Begitulah seharusnya hati kita saat menutup tahun. Tenang, damai, dan penuh rasa syukur.

Syukur atas kesehatan yang masih kita punya. Syukur atas keluarga yang masih bersama. Syukur atas segala cobaan yang ternyata membentuk kita jadi pribadi yang lebih kuat.

Tahun ini mungkin penuh ujian, tapi bukankah justru dari ujian itu kita belajar arti sabar? Bukankah dari kesulitan itu kita paham arti pertolongan Allah?

Maka, tutuplah tahun ini dengan doa terbaikmu. Doa yang sederhana tapi tulus: agar Allah menjadikan tahun depan lebih baik, lebih berkah, dan lebih mendekatkan kita pada-Nya.

Dan kalau kamu punya kesempatan, isi akhir tahunmu dengan perjalanan spiritual—karena bisa jadi itu hadiah terbaik untuk dirimu sendiri. Mungkin bukan sekadar liburan, tapi momen sakral di Tanah Suci yang akan mengubah caramu memandang hidup selamanya.

Comments