Brodi's Blog

Saturday, October 18, 2025

Bukan Sekadar Liburan! Ini Perjalanan Umroh Plus Aqsho yang Mengubah Cara Pandang Hidup

Perjalanan menuju Masjidil Aqsho dimulai dengan langkah sederhana — niat. Niat untuk menunaikan Umroh, tapi juga menapaki jejak para nabi di bumi yang diberkahi. Aku masih ingat jelas, malam itu di kamar, aku memandangi foto Kubah Emas sambil berbisik, “Ya Allah, semoga aku bisa sampai ke sana.”

Beberapa bulan kemudian, doa itu dikabulkan. Bersama rombongan dari Kelana Haramain Travel, aku berangkat menunaikan Umroh Plus Aqsho — perjalanan yang ternyata bukan sekadar tentang destinasi, tapi tentang menemukan makna hidup yang sebenarnya.

Perhentian pertama tentu saja Makkah. Suasana di Masjidil Haram begitu luar biasa, seolah setiap detik di sana bernilai ibadah. Saat pertama kali melihat Ka’bah, tubuhku bergetar. Ada rasa takjub, haru, dan damai yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Tawaf mengelilingi Ka’bah membuatku sadar betapa kecilnya manusia di hadapan kebesaran Allah. Di setiap langkah, aku memohon agar perjalanan ini tidak hanya jadi wisata religi, tapi benar-benar mengubah diriku.

Selanjutnya, Madinah. Suasana di sini berbeda — lebih tenang, lebih lembut, seolah udara pun membawa kedamaian. Saat menziarahi makam Rasulullah di Masjid Nabawi, air mataku kembali menetes. Aku merasa sangat dekat dengan beliau, meski jarak waktu memisahkan 14 abad lamanya.

Di kota ini, aku belajar arti cinta sejati kepada Rasulullah dan sesama manusia. Madinah membuatku memahami bahwa ibadah bukan hanya soal ritual, tapi juga soal akhlak dan kasih sayang.

Dari Madinah, kami melanjutkan perjalanan menuju Palestina. Suasana hati bercampur: antara kagum dan gugup. Tapi begitu sampai di Al-Quds, semua rasa itu berubah jadi haru mendalam.

Ketika pertama kali menatap kubah emas Masjidil Aqsho, aku terdiam. Rasanya seperti melihat bagian dari surga. Setiap langkah di tanah suci ini membawa jejak sejarah panjang — dari Nabi Daud, Nabi Sulaiman, hingga Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.

Di dalam masjid, aku shalat dua rakaat dengan penuh rasa syukur. Lantunan doa dari jamaah berbagai negara bergema indah, menandakan bahwa persaudaraan Islam tak mengenal batas wilayah.

Namun yang paling membekas bukan hanya keindahan Masjidil Aqsho, tapi juga keteguhan penduduknya. Anak-anak kecil yang tersenyum meski hidup dalam keterbatasan, para ibu yang tetap berjualan dengan wajah sabar, dan para jamaah yang tetap beribadah di tengah situasi sulit — mereka semua mengajarkan arti kekuatan iman yang sesungguhnya.

Aku sadar, selama ini aku sering mengeluh tentang hal-hal kecil, padahal mereka tetap bersyukur dalam ujian besar.

Program Umroh Plus Aqsho dari Kelana Haramain Travel benar-benar berbeda. Bukan hanya mengajak jamaah untuk beribadah, tapi juga untuk memahami nilai sejarah dan spiritual Islam secara utuh.

Ada sesi tadabbur setelah ziarah, ada waktu untuk refleksi pribadi, bahkan ada momen berbagi kisah di malam hari yang membuat setiap peserta merasa semakin dekat satu sama lain — bukan hanya sebagai teman perjalanan, tapi sebagai saudara seiman.

Bagi generasi muda seperti aku, ini bukan sekadar perjalanan fisik, tapi perjalanan batin. Dari Makkah, Madinah, hingga Palestina — semuanya menyatu dalam satu garis spiritual yang meneguhkan iman dan menghidupkan kembali rasa cinta kepada Islam.

Ketika pesawat meninggalkan langit Al-Quds, aku menatap keluar jendela dengan mata basah. Kubah emas Masjidil Aqsho perlahan mengecil, tapi jejaknya sudah membesar di hatiku.

Aku datang dengan niat mencari ketenangan, dan pulang dengan jiwa yang diperbarui. Kini aku tahu, kedamaian sejati bukan ada di tempat wisata duniawi, tapi di tempat yang mengingatkan kita kepada Allah.

Kalau kamu juga ingin merasakan keajaiban yang sama, saatnya wujudkan perjalanan Masjidil Aqsho-mu sendiri. Karena di sana, kamu tak hanya akan menemukan sejarah Islam — tapi juga menemukan dirimu yang sesungguhnya.

Comments